Lompat ke isi utama

Berita

Berfikir Positif Dan Mengambil Hikmah Di Saat Pandemi Covid -19

Berfikir Positif Dan Mengambil Hikmah Di Saat Pandemi Covid -19

Pandemi Covid-19 tentu saja mempengaruhi kebiasaan kita semua. Rutinitas pergi ke kantor dengan intensitas pekerjaan yang cukup tinggi, sampai tidak mengenal tanggal merah, di alihkan menjadi bekerja dari rumah. Tidak hanya rutinitas kantor, melainkan aktifitas yang bisa kita lakukan di luar rumah, seperti nongkrong di coffeeshop atau pergi nonton bioskop, shopping di mall, rekreasi dengan keluarga di akhir pekan, hingga agenda pulang kampung saat lebaran, terpaksa tidak dilakukan sementara, karena adanya pembatasan sosial, demi memutus penyebaran covid-19.

Situasi yang berubah 180 derajat dari rutinitas kita biasanya, membuat kita semua kaget dan menimbulkan berbagai perasaan dari rasa bosan, jenuh, cemas, takut, sedih. Mengubah rutinitas di tengah pandemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua berharap, keadaan akan segera membaik. Sekalipun memasuki masa-masa sulit yang tak terduga, kita perlu cepat beradaptasi dengan “normal yang baru”, agar tetap bisa produktif.

Kita yang ahirnya harus mengerjakan segala sesuatu dari rumah dan membuat pola kerja yang baru. Namun sebagian dari kita harus bekerja melebihi batas waktu dan harus berada diluar menjadi garda terdepan penanggulangan Covid-19. Adapula sebagian dari kita yang terpaksa menjadi korban pengurangan pegawai dikantor atau diperusahaannya.

Percayalah, kita semua terdampak dengan adanya pandemi ini. Oleh karena itu, mari kita saling bahu membahu berjuang bersama dan saling melindungi, agar ini semua segera berakhir. Merawat harapan dan berpikir positif akan membantu kita untuk lebih bersyukur dan berbahagia, yang pada akhirnya bisa menjalani hari dengan lebih bersemangat.

Dalam situasi seperti ini, saya tetap mengatur pola kerja saya, meskipun semua di kerjakan dari rumah. Saya hanya membatasi untuk lima pekerjaan yang saya lakukan setiap harinya, dari mulai urusan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Hal ini sengaja saya lakukan supaya saya tetap bisa profesional dan tetap bisa fokus untuk keduanya.

Selain itu, agar saya tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan jika saya mengambil banyak pekerjaan dalam sehari, pekerjaan yang biasa saya lakukan biasanya mengurus urusan rumah tangga, update pekerjaan dan koordinasi pekerjaan (baik meeting rutin, rapat koordinasi atau diskusi online). Selebihnya saya ambil kegiatan olahraga, kajian keagamaan dan  aktif dimedia sosial, berkomunikasi dangan berbagai komunitas dan silaturahmi virtual.

Inilah yang menjadi gaya hidup normal baru saya selama pandemi Covid -19 ini. Kadang muncul rasa jenuh dan bosan, karena gerak sosial kita sangat terbatas. Tapi saya buru-buru kembali pada fikiran positif dan mengambil hikmah dari situasi ini, supaya bisa tetap bersyukur.

Bagi saya, dibalik semua dampak-dampak yang diakibatkan musibah covid-19 ini, terdapat kandungan hikmah yang luar biasa dahsyatnya. Jauh lebih dahsyat dari musibahnya, virus corona telah menarik hati kita untuk kembali pada fitrahnya manusia sebagai mahkluk berkeluarga.

Selama ini, kita ketahui globalisasi telah menarik manusia menjadi orang yang individualis. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa memperdulikan orang lain. Manusia selama ini dibutakan oleh urusan dunia, urusan pekerjaan, jabatan, status sosial, padahal dunia hanya persinggahan sementara. Akhirat adalah tempat yang abadi.

Sebelum adanya wabah virus corona, saya dan keluarga masing-masing disibukkan dengan segala urusannya. Urusan pekerjaan masing-masing, urusan pendidikan dan kegiatan sosial, yang tak jarang membuat kita sangat sulit untuk bisa berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Tapi sekarang, sejak kita semua harus tetap di rumah saja, semua bisa berkumpul bersama. Menikmati kebersamaan keluarga memahami kesulitan pekerjaan pasangan, kita bisa memantau kegiatan belajar anak-anak, berdiskusi bersama, mengerjakan pekerjaan rumah bersama, bahkan kita bisa berkantor bersama. Padahal, kita berbeda profesi dan berbeda arah kebijakan. Tapi kita bisa duduk satu meja dan mengupdate pekerjaan masing-masing dari meja yang sama sambil menikmati teh hangat, maka nikmat Allah mana yang akan kau dustakan?

Wabah corona ini adalah ujian terbesar yang di berikan Allah S.W.T kepada manusia. Untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya. Setiap musibah pasti terkandung hikmah di dalamnya. Allah S.W.T tidak sia-sia memberikan kita musibah. Kelak, badai yang diakibatkan oleh wabah Covid-19 ini, akan melahirkan sosok yang tangguh dan kuat. Maka janganlah mengeluh ketika kita mendapatkan ujian.

 

Penulis            :  Farhatun Fauziyyah